-->

Cara Rasulullah SAW membaca Al-qur’an


اُتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabut :45)

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ
Artinya: Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.” (HR. al-Baihaqi).

Pertama, membaca Al-Qur’an dengan jelas. Rasulullah membaca Al-Qur’an dengan pengucapan yang sangat jelas dan terang, kata per kata, kalimat per kalimat. Sehingga tidak ada satu kata atau kalimat pun yang terlewat atau terdengar samar-samar ketika Rasulullah membacanya.

Kedua, membaca panjang atau pendek setiap huruf Al-Qur’an sesuai dengan hukum ilmu tajwid. Memang, ilmu tajwid baru ada belakangan. Tapi ilmu tajwid yang diajarkan hingga saat ini merupakan ilmu yang dikembangkan oleh para ulama tentang bagaimana Rasulullah dan generasi awal Islam membaca Al-Qur’an. Dan cara Rasulullah membaca Al-Qur’an adalah sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Atau jika dibalik, kaidah ilmu tajwid yang ada sekarang sesuai dengan cara Rasulullah membaca Al-Qur’an. Yaitu memanjangkan yang harus dibaca  dan memendekkan apa-apa yang harus dibaca pendek.

Ketiga, berhenti sejenak pada setiap ayat. Rasulullah tidak berhenti ketika ayat tersebut habis. Tidak memaksa untuk membaca terus atau menerobos bacaan satu ayat dengan yang ayat yang lainnya. Sebagaimana hadits riwayat Ummu Salamah ra., Rasulullah memotong bacaannya ayat per ayat.

“Beliau membaca ayat ‘Alhamdulillah raabil alamin’, lalu berhenti. Kemudian beliau membaca ‘Arrahmanirrahim’, lalu berhenti lagi. Setelah itu, beliau membaca ayat ‘Maliki yaumiddin,” kata Ummu Salamah ra.

Keempat, kadang membaca Al-Qur’an dengan suara lantang (jahr), kadang dengan suara lirih. Suatu ketika Abu Qais bertanya kepada Sayyidah Aisyah tentang bagaimana cara Rasulullah membacaAl-Qur’an. Lalu Sayyidah Aisyah menjawab bahwa terkadang Rasulullah membacaAl-Qur’an dengan suara nyaring dan terkadang dengan suara lirih.

Pada saat Fathu Makkah misalnya, sambil menunggangi untanya Rasulullah membaca Surat Al-Fath dengan suara yang lantang dan menggema. Sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya mendengar bacaan Rasulullah itu. Hal ini disaksikan oleh Abdullah bin Mughaffal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad.

Terakhir, membaca Al-Qur’an dengan suara indah. Rasulullah membaca Al-Qur’an dengan suara yang merdu. Adalah al-Bara’ bin Azib yang menyaksikan hal itu sebagaimana hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Pada saat itu, al-Bara’ sedang shalat Isya bersama Rasulullah. Al-Bara’ takjub dengan suara merdu Rasulullah ketika membaca Surat At-Tin.

“Aku belum pernah mendengar seorang pun yang suaranya lebih merdu dari suara Baginda,” kata al-Bara’. (A Muchlishon Rochmat)
Subhanallah megitu beruntungnya para sahabat yang bisa mendengarkan langsung dari baginda nabi Muhammad SAW, maka tidak heran jika para sahabat sekali mendengarkan nabi Muhammad SAW melantunkan ayat-ayat suci al-qur’an mereka langsung menghafalkannya. Semoga kita termasuk orang yang ahli Al-Qur’an. Amienn


0 Response to "Cara Rasulullah SAW membaca Al-qur’an"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel